Monday, August 15, 2022

Rantai Tak Putus: Ilmu Mumpuni Merawat UMKM di Indonesia - Dee Lestari

 



Judul Buku:

Rantai Tak Putus

Ilmu Mumpuni Merawat UMKM Indonesia

Penulis: Dewi “Dee” Lestari

Penerbit: Bentang Pustaka

Agustus 2000

Tebal Halaman: 222

Dulu beli buku ini karena di pikiranku kalau ini karya Dee, pasti nggak akan mengecewakan. Itu kayak impulsif aja sebenernya belinya tuh awalnya.

Sejujurnya, membaca halaman2 awal tuh agak2 membosankan, karena lebih kayak kumpulan cerpen biasa. Tapi semakin dibaca ternyata menarik juga.

Jadi ceritanya di buku ini tuh, mbak Dee kayak dibooking oleh Astra buat nulis tentang intisari kisah pejuang UMKM yang bergerak di bidang metalurgi (semacam alat2 industri besi / baja) gitu, nah di buku ini dikisahkanlah story setiap pengusaha industri ini, dari skala kecil hingga skala besar.

Jadi perusahaan Astra itu punya program CSR buat pendampingan UMKM di bidang yang aku sebutin di atas. Story Dee dibungkus epik dengan data UMKM di Indonesia, dimana dibilang 99,9% usaha di Indonesia didominasi UMKM dan menyumbang 63% GDP, meanwhile 0,1% dipegang perusahaan besar dan menyumbang 37% GDP. 

Ada 11 story di setiap pengusaha yang profilnya dikulik sama Dee di setiap bab buku ini, masing2 storynya unik. Ada yang bapaknya udah jadi pengusaha kaya tapi anaknya mau bikin usaha sendiri, ada yang usahanya melibatkan pekerja wanita padahal industrinya laki banget (besi/baja), ada yang istrinya juga ikut suport di usahanya, anaknya ada 9, jungkir balik dari mulai ga punya apa2 sampai jadi kaya, ada tokoh yang leadershipnya bagus banget, dll.

Buku ini dikemas apik dengan foto2 gambar industri / tokonya, foto tokohnya, foto women labour, trus ada highlight untuk quote2 yang bagus. Yang paling berkesan adalah gimana pendampingan Astra dan paradigma 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Jadi gimana bengkel2 yang kesannya kotor itu dirawat kebersihannya, ada fasilitas laundry karyawan, dll supaya menjadikan bengkel2 yang dipegang tiap pengusaha di story di buku ini jadi level up dan lebih profesional. Ide laundry baju karyawan sebenernya ide salah satu tokoh di buku ini. 

Buku ini lebih ke manajerial sih. Kayak misalnya ada karyawan yang baguuuus banget kerjaannya, tapi pengen keluar gitu krn udah PD jalanin bisnis sendiri. Tapi sama bosnya dikasih opsi: gimana kalo si karyawan ini bikin anak perusahaan dr perusahaannya aja, sambil dia belajar manajerial dll, dan pangsa pasarnya udah jelas kan. Akhirnya dia setuju. Nah tapi setelah agak lama tetep dia pengen purely mendirikan perusahaan sendiri, tapi sama bosnya dia respek banget krn jadi belajar banyak hal.

Buku ini mengangkat kisah nyata,, bagus banget, gimana CSR bisa membesarkan bisnis mereka. Yaa walaupun pelatihannya ada yg berbayar sih 😂

Cuman kalo dr sudut pandang turnover bisnis y lumayan, bengkel yg tadinya kumuh bisa jadi bersih dan kesannya profesional, seragam2 pekerjanya wangi2 krn di laundry.

Ada unsur kesetaraan gender juga.

Terus belajar bagaimana kita kalau di bisnis itu, yang penting itu manusianya. Kalo orang udah loyal ama kita, insya Allah bisa achieve yg tinggi.

Kalau pengen jadi pengusaha, buku ini rekomended banget buat dibaca. Nggak seberat buku Dee yang lain karena ini kayak biografi yang dibikin cerpen. Kayak cerita real life gitu.

Rating aku 9/10. Ini juga tipe buku yang aku enjoy baca sambil di perjalanan, enjoy baca sampai tuntas dan bikin takjub di setiap storynya.

The Talent Code - Daniel Coyle

 



Baru beres baca buku The Talent Code yang ditulis Daniel Coyle. Awalnya, baca buku ini karna berbicara tentang bakat. Selama beberapa tahun terakhir, cukup passionate dengan topik metacognition dan learn how to learn, kayanya seru aja gitu bisa nemuin cara yg paling efektif untuk melatih skill baru. 

Secara umum, buku ini bagus banget, karena bisa menarasikan pembahasan tentang bakat. Pertanyaan besar yg ingin dijawab oleh penulis dalam buku ini adalah: "Apakah keteranpilan performer terbaik di bidangnya itu berasal dari bakat? Atau ada latihan khusus yang mereka jalani? Trus ada hal lain yang mempengaruhi performa mereka?"

Di buku ini, Daniel Coyle membagi buku ini menjadi 3 bagian, yaitu: deep practice, ignition dan master coach. 

Di bagian deep practice, Daniel Coyle mengungkapkan bahwa cara latihan berpengaruh terhadap performa seorang performer. Latihan ini dinamakan deep practice. Sebenarnya, sidah ada beberapa penulis yg membahas latihan ini, ada yg menyebutkan deliberate practice juga. Katanya, performer yg baik itu berlatih secara sadar untuk mengasah setiap subskill satu per satu, hingga cara yg ia lakukan akurat. Dalam latihan ini, para performer melakukan banyak kesalahan dan belajar dari kesalahannya. Di bagian ini, Daniel bercerita tentang peran mielinisasi dalam pembetukan keahlian. Semakin sering kita berlatih, maka selubung mielin yang terbentuk akan semakin tebal, yang menandakan muscle memory sudah terbentuk dengan baik dan skill yang dilatih menjadi lebih otomatis.

Di bagian kedua, Daniel Coyle berbicara tentang inginition atau motivasi sebagai salaj satu pendukung dalam pembentukan skill seorang performer. Seorang yang termotivasi akan berlatih dengan semangat dan tekun karena tergerak oleh motivasi yang diberikan kepadanya. Di bagian ini, Daniel memberikan contoh berupa sejarah kemajuan sepak bola di brazil. Ternyata, satu tokoh yang mendahului kesuksesan di bidang olahraga sepak bola akan berpengaruh ke generasi-generasi berikutnya, hingga membentuk culture yang mendukung terbentuknya para pemain sepak bola. 

Di bagian ketiga, Daniel mengangkat bahasan tentang master coach. Seorang master coach akan membantu seorang performer untuk meningkatkan kemampuan pemain. Seorang master coach tidak hanya menguasai hal-hal teknis, tetapi mereka juga mengerti tentang strategi berlatih. Mereka juga terampil menggali informasi personal setiap anak didiknya dan menyesuaikan treatment berdasarkan kepribadian masing2.

Overall, buku ini bagus banget, risetnya mendalam dan cerita2 yang disajikan di buku ini sangat relevan di setiap bagiannnya. Hal yang paling saya suka adalah bahasan tentang jaman Renaisans. Pada masa itu, seorang pemula itu belajar sebagai anak magang yang dilatih selama bertahun2 oleh mentornya masing2. Seorang mentor akan melatih hal2 prinsipil dan praktik. Jadi, ga salah kalau pada masa itu, satu orang bisa menguasai beberapa skill, mulai dari sains, seni, hingga filosofi, karena pendekatan mentoringnya yg luar biasa. 

Setelah membaca buku ini, saya jadi ingat juga beberapa artikel keren yang membantu saya belajar skill baru dari situs Lifehacker yang ditulis Noa Kageyama, yang berjudul "A Better Way to Practice". This article changes the way I approach the skill I am going to learn. Trus artikel yang berjudul "I Learned to Speak Four Languages in a Few Years: Here's How" yang ditulis Gabriel Wyner di Lifehacker juga, yang berbicara tentang cara cepat belajar bahasa asing.

Resensator: Nas

Filosofi Teras - Henry Manampiring

 



Judul : Filosofi Teras

Karya : Henry Manampiring

Penerbit : Buku Kompas

Tebal : 312 Halaman

Kayaknya udah banyak yang baca buku ini. Disclaimer ini dari pov aku aja ya.

Menurutku buku ini bagus,dari segi bahasa juga ringan. Menyampaikan filsafat dengan bahasa yang mudah dipahami dan disampaikan dengan analogi kejadian  di kehidupan sehari-hari . Hal yang menarik dari Filosofi Teras (Stoikisme) ini terletak pada tujuannya yaitu ketenangan dalam menjalani hidup dan terbebas dari emosi negatif. 

Oleh karena itu, pada setiap bab Filososfi Teras terdapat poin-poin pelajaran yang dapat diambil, ada beberapa hal yang secara pribadi aku highlight :

- Fokus terhadap hal yang bisa kita kendalikan dan tidak pusing/stres untuk hal-hal yang diluar kendali kita.

-Menjalani kehidupan harus selaras dengan alam ( berjalan sesuai kehendak pencipta-Nya dan selaras dengan alam itu berarti kita harus mengandalkan akal nalar kita agar tidak terbawa arus yang menyimpang,dan akal ini yang membedakan kita dengan binatang)

-Jangan terlalu memikirkan hal yang belum terjadi ke depannya, biarkan berjalan sebagaimana mestinya, namun tetap diiringi dengan usaha agar  mendapatkan hasil yang maksimal.

- hanya diri kita yang dapat mengijinkan orang lain menyakiti kita secara non fisik (hinaan,cemoohan,disepelekan). Tidak ada penghinaan yang benar2 terjari jika tidak ada yang merasa terhina

 - Kita merupakan kosmopolit (warga dunia). Jangan diskriminatif dan membeda-bedakan. Apakah kita bisa merasa peduli terhadap kesusahan mereka yang berbeda suku,ras,agama, dan lain2 ?

Demikian review dari aku ya, terimakasiih.

Resensator: M. As'ad.

Stretching In The Office - Bob Anderson


Semakin majunya teknologi, banyak pekerjaan yang harus d selesaikan d depan layar komputer. Banyak dari kita sering kali tidak memperhatikan posisi anatomi yang benar saat duduk, seberapa jarak aman dengan layar, posisi derajat layar dan sebagainya. Selanjutnya, jarang juga memberikan kesempatan otot-otot kita bergerak ataupun diberikan peregangan. 

Buku ini ditulis seorang ahli yang benar2 konsen pada bidang stretching, jean anderson. Secara khusus sekitar tahun 2002 beliau menulis dengan fokus pada karyawan di kantor. Isi buku menggambarkan mengapa pentingnya peregangan, bagaimana melakukannya secara efektif dan benar. 

Meski ditulis menggunakan bahasa inggris, tetapi cukup mudah dipahami karena banyak didukung gambar-gambar contoh pelaksanaan. Secara pribadi buku ini sangatlah penting untuk dapat dipahami dan dipraktikkan bagi semua orang yang beraktivitas sesuai yang tergambar pada buku ini "officer".

Resensator: Fatkhur Rozi

Per[t]empu[r]an - Lenang Manggala dan Marie Ngadea

 



Sealbum Puisigrafi

Per[t]empu[r]an

Karya: Lenang Manggala (puisi dan prosa) dan Marie Ngadea (Fotografi - Spanyol)

Penerbit: CV Kekata Grup - Surakarta, 2016

Tebal: 173 halaman

Baca buku ini berasa agak jumping dari bacaan2 minggu lalu. Hehehe. Dari buku ini aku belajar shifting yang ternyata agak berat, dari buku2 head-start (based on fact, research, agak mikir) ke buku2 heart-start (penuh nuansa rasa dan interpretasi makna).

Puisi dan prosa buku ini digambarkan oleh dua tokoh, laki-laki dan perempuan anonim. Penyebutannya hanya aku dan kamu, tanpa nama. Nah dua orang ini ketemu di beberapa segmen: di kamar (tapi nggak vulgar sih), di meja tempat ngopi, di jalan, dan di pesawat menuju Jepang.

Dari halaman awal sampe akhir nyambung sih ceritanya, tapi butuh baca 2-3 kali untuk bisa memahami dan menginterpretasikan.

Buku ini nggak cocok dibaca dengan gaya speed-reading, cocoknya sambil nyantai,, sambil ngopi di kafe sendirian, nyari inspirasi, baca di taman, di kereta scenic train kaligung semarang - pekalongan, atau di kamar hotel pas lagi staycation. Wkwkwk

Cerita yang diangkat macem2, ada soal cinta, kerinduan, komitmen, sampe isu sosial kayak kerusuhan mei 98, isu lingkungan, pengangguran, korupsi dan kejahatan kerah putih, tapi ya,, ini puisi dan prosa. Lagi2 tentang interpretasi makna.

Tema perempuan emang gak pernah “kering” dalam karya sastra. Tapi di buku ini mengajarkan untuk “look into your soul”, karena bagaimana kita memandang dan merasai hidup, itu tergantung gimana kita menata hati dan memahami situasi.

Selain itu, fotografinya Marie Ngadea juga bagus banget. Nggak banyak foto2 black and white yang bisa stand out, seolah2 ngeblend sama puisi dan prosanya.

Overall:

8/10 rating dari aku.

Resensator: Fikriyatul Falashifah

The Culture Code - Daniel Coyle

 

Baru beres baca, setelah semingguan lebih... Bagus banget bukunya, banyak berbagi tentang  kiat2 membangun culture (tim yg sukses), berdasarkan hasil riset pada 8 grup tersukses. I  rate this 4.8/5 due to its awesomeness, mulai dari strukturnya yg rapih, alurnya yg koheren dan tips2nya yg aplikatif dan mudah dipahami. 

Buku ini berisi tentang hal2 fundamental dalam membangun tim yg baik, membangun keamanan, berbagi kerapuhan dan menetapkan  tujuan. Di bagian awal, buku ini bercerita tentang pentingnya KEBERSAMAAN dalam tim.  Dan cara yg efektif membangun kebersamaan adalah: berinteraksi secara intens, menanamkan bahwa kelompok tsb istimewa, berfokus pada perspektif skema besar, dan menciptakan kenyamanan. Dalam mendesain kebersamaan, leader perlu membangun ruang interaksi yang intens, yg menghilangkan jarak. 

Ada beberapa aksi yg bisa dijalankan untuk menjalin kebersamaan, yaitu: 
• menunjukkan minat untuk mendengar 
• mengakui kesalahan dan menunjukkan kerapuhan
• memperbanyak ucapan terima kasih
• berusaha melakukan yang terbaik
• menciptakan rasa aman pada tim
• menghindari tanggapan basa basi.

Hal yang paling menarik dalam buku ini adalah bahasan tentang perbedaan memimpin untuk membangun keahlian dan kreativitas. Memimpin untuk membangun keahlian yang baik dilakukan dengan berbagi aturan, pakem dan cara secara repetitif, sedangkan memimpin untuk membangun kreativitas dan inovasi dapat dilakukan dengan menciptakan suasana yang aman bagi kesalahan, dan mentoleransi kesalahan dalam menemukan inovasi baru. 

Overall, buku ini bagus banget!!!!

Resensator: Nas

Sapiens - Yuval Noah Harari

 


Judul: Sapiens Grafis Volume 1
Penulis: Yuval Noah Harari
Penerbit: KPG
Tahun terbit: 2021
Jumlah halaman: 248 
 
Sapiens adalah salah satu buku ter- breakthrough sepanjang sejarah. Dan sekarang Sapiens sudah diadaptasi dalam bentuk grafis aka komik. Setelah aku pastikan sudah membaca bukunya, aku baca versi grafisnya. So, aku bakal kasih sedikit komparasi.
 
Ada orang yang lebih enjoy membaca buku, ada juga yang lebih enjoy membaca komik. Jadi, selain audiens nya berbeda, jelas materi yang disampaikan di dua platform ini juga beda. Aku bisa enjoy dua-duanya karena gaya kepenulisan Harari tuh enak banget, kayak ngedongeng. Jadi buku berat seperti ini disampaikan dengan fun dan sama sekali ga menggurui, malah kayak bedtime stories gitu. Kayak lagi sharing. 
 
Untuk versi grafisnya, aku beli yang bahasa Indonesia. Jadi, seharusnya ga terlalu banyak mistranslasi di dalamnya. Untuk bukunya sendiri, aku baca yang versi Engslih. Ini recommended banget sih soalnya ya itu tadi, readability nya juara.
 
Oke, lanjut bahas versi grafisnya. Secara penampilan, karena Sapiens grafis rumornya mau dibikin 5 volume, jadi per volume cuma sekitar <300 halaman. Kertas yang digunakan termasuk ringan, full color, dan pemilihan warnanya sesungguhnya ramah buat anak kecil. Aku agak kaget waktu buka halaman belakang buku ini, eh ternyata rating nya Untuk Dewasa. Haha, padahal beberapa hal masih disensor ya, so definitely buku ini butuh pendampingan orang tua ketika mau diberikan ke anak-anak. Font size nya agak kecil ya, katanya lebih kecil dari Grafis versi English, dimana itu cukup mengganggu di aku. 
 
Sapiens adalah satu satu buku yang personally wide eye opening buatku. Buku ini memberikan gambaran sistematis, singkat tapi padat tentang sejarah homo sapiens selama kurang lebih 300.000 tahun yang lalu. Aku mau share hal-hal apa saja yang baru buat aku begitu aku baca grafis ini:
 
1. Ternyata ketika sapiens hidup, kita berdampingan dengan 4 jenis homo lainnya, seperti Neandertal, Erectus, Denisova dan Floresiensis. Jadi gambar sederhana yang menggambarkan manusia berevolusi dari A ke Z bukanlah gambaran sebenarnya kehidupan ini karena kesannya setelah A punah, baru muncul B. Padahal kenyataannya ga begitu. Itulah yang disebut evolusi. Teori yang sangat menarik yet controversial. 

2. Kalo ada 4 spesies homo lain, kenapa sekarang cuma ada sapiens? Nah, inilah titik dimulainya cerita di grafis ini. Terjadi banyak revolusi sepanjang eksistensi manusia, mulai dari revolusi kognitif hingga industry. Khusus di Grafis ini, baru dibahas tentang kognitif. Dibandingkan dengan homo yang lain, sapiens berevolusi dengan otak yang lebih efisien.

3. Begitu api ditemukan, kehidupan menjadi jauh lebih efisien. Manusia tidak lagi membutuhkan berjam-jam mengunyah karena api membuat makanan lebih nikmat disantap. Di situlah berkembang fiksi. Setelah ada api, banyak waktu kosong yang ada dimanfaatkan manusia untuk mengembangkan fiksi. Nah, ini yang paling membuatku berpikir. Belum lagi soal realitas menurut Harari. Bahwa ada tiga jenis realitas: subjektif, objektif dan intersubjektif. Realitas intersubjektif itu justru yang paling penting bagi peradaban manusia. 

4. Warisan pemburu pengumpul. Segala permasalahan yang ada saat ini bisa dilihat akarnya dari zaman pemburu pengumpul, seperti kegemukan. Lho, apa kaitannya? Zaman dahulu, kita mau makan aja harus extra effort. Kalopun nemu, mending kita timbun agar ga kelaparan. Sekarang, mencari makanan tuh jauh lebih gampang, tapi apa yang terjadi? Orang bisa mati karena banyak makan daripada kelaparan lho. 

5. Berkat kemampuannya membuat fiksi, peradaban manusia berkembang. Termasuk tentang segala hal yang kita pegang saat ini, misalnya agama, kepercayaan, dinamika social budaya… ga jauh-jauh dari fiksi. Sekali lagi, fiksi itu penting untuk kehidupan manusia. Waktu pertama kali aku dengar soal fiksi ini, emang cukup mengguncang diriku tapi aku lanjutkan baca aja. Menarik sekali.

6. Grafis ini ditutup dengan usaha menjawab pertanyaan di awal tadi: kenapa begitu sapiens muncul, ada 4 spesies lain tetapi sekarang kemana perginya mereka? Bukti sejarah mengatakan bahwa punahnya megaspesies di Australia adalah karena ulah Sapiens. Di sini aku belajar that when we’re talking about science, ga ada nilai moral di dalamnya, termasuk baik/buruk dan benar/salah. Apakah sapiens pada saat itu bisa disalahkan karena pemusnahan massal megafauna Australia? Mungkin aja mereka lakukan itu untuk survival kan? Karena kalo tujuannya survival, ga ada yang namanya dikotomi benar/salah atau spektrum baik/buruk. Lalu, grafis ini memberikan gambaran layaknya Sapiens dipenjara karena memusnahkan megafauna? Konteks persidangan membuat narasi ini jadi makin menarik. Ignorance ga bisa membenarkan mereka, oh ya aku setuju. Karena kita semua juga sapiens. Apakah kita sadar selama ini apa yang kita lakukan? Apakah ada yang sengaja kita lakukan untuk memastikan eksistensi kita di bumi ini? Ini jadi refleksi yang besar buat aku. Jadi makin berpikir. Aku suka sources of knowledge yang bikin mikir jauh setelah aku selesai baca.

baca Sapiens ceu, versi English aja, soalnya enak banget dibacanya sumpah. 

jadi sebelum ada api, manusia menghabiskan 6-8 jam mengunyah. setelah ada api, makanan ga butuh waktu banyak dikunyah kan, sisa waktu yang ada digunakan untuk mengembangkan bahasa. dari situlah bahasa muncul. aku bisa bayangkan tiap malam selesai berburu, sebelum mereka tidur, ada api anggun dimana mereka bersosialisasi. bahas apaan selain gosip dong? dari situlah gosip muncul. nah, fiksi itu ya salah satu contohnya adalah gosip itu tadi. semakin berkembang peradaban (alias udah masuk era revolusi industri), fiksi yang berkembang pun makin banyak. perusahaan sekelas Peugeot itu kan fiksi. negara Indonesia Raya ini fiksi. realitas intersubjektif. manusia membutuhkan fiksi untuk menjalin hubungan dengan manusia lain, ya biar bisa kerjasama itu tadi. 

"Trus aku jg jd mikir, demi eksistensi, sapiens memusnahkan spesies. Tapi misal somehow kita pada akhirnya bergantung pada spesies itu utk rantai kehidupan, apa itu ga sama kayak bunuh diri?" yang ini maksudnya gimana ceu? aku belum nangkep 

saling membunuh itu menurutku muncul dari salah paham aja sih ceu simply said. emang betul manusia drive utamanya ada dua: mempertahankan hidup dan meneruskan keturunan. fiksi seperti sikap rasis bisa dikembangkan jadi sikap manusia yang merasa ras mereka paling unggul dan jadi pembenaran membantai ras lain. itu fiksi ceu. ideologi juga fiksi karena semua itu buatan manusia.

Resensator: Aulia Arifaturrohmah


The Science of Getting Rich - Wallace D. Watless



Jadi aku tuh baca buku tentang The Science of Getting Rich. Singkatnya, buku ini tuh nyeritain ironi bahwa justru kecenderungan “yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin” itu memang more or less banyak benernya. Terjadi di lapangan.

Orang kaya tuh justru bukan orang yang banyak saving. Malah justru mereka yang banyak spending. Lucu ya. But that’s the fact though.

Mereka yang kaya tuh punya semacam “indera keenam” in a way of seeing things and doing things in Certain Way

Certain Way ini yang membedakan Pekerja dengan Bos.

Bos doing certain way dan banyak spending to create something dan part of something itu dikerjain oleh Pekerja. Si pekerja ngerjain hal yang sama berulang kali, dia pengen kaya dengan cara nabung dari gajinya. Took a long time though.

The science of getting rich ini ngebuka pikiran kita untuk bersikap dan berfikir seperti bos in a way to create something. Treatmentnya adalah gini: coba liat benda2 yang ada di sekitar kita, yang visible terlihat dari rumah kita. Ada halaman rumah, furnitur, alat2 elektronik dll yang mostly merupakan hasil karya orang kaya. Di dalam buat bahan misalnya: rice cooker. As a user, kita cuma mikir itu buat nanak nasi dll. Tapi as a creator, mereka berfikir beda: bahan pembuatannya, teknik manufacturingnya, distribusinya, inovasi produknya, dll.

Nah treatment ini ngajarin kita buat “lihat peluang” dari suatu benda / kondisi, kayak di buku dibilang “life is a performance of how certain things are functioning”. Intinya gt. 

Relevansinya dengan isu pendidikan? Yes. Akarnya adalah kita diajarin suatu ilmu, lalu di tes. Kalo lulus dibilang pintar. Indikatornya adalah nilai tertentu. Misal coba indikatornya diganti jadi kebermanfaatan atau user experience dari ilmu kita, pasti bakal lebih challenging yet meaningful ya, hehehe,, 

Yhaa memang kita diajarin suatu ilmu tapi gak diajarin gimana cara “selling ourself” dengan ilmunya, jadi penimbun ilmu. Bener. Habis itu menguap 🤣 wkwkwk.

Resensator: Fikriyatul Falashifah

Potongan Buku dari Rework

 


saya baru baca buku ini, bagus banget, saya bacanya ga sampe 2 hari karena bahasanya sederhana, kaya diajak ngobrol... Setiap lembarnya ilmu semua, jadi agak bingung milah poin2 yg mau dihighlight.

Garis besarnya tentang mengatur pola kerja sih, mulai dari mindset, tips produktivitas, sampe strategi juga... Kaya diajak ngobrol.

Tidurlah 

Kemampuan untuk tetap sabar dan toleran sangat berkurang apabila kita letih. Jika Anda menemukan seorang yang bertingkah bodoh, ada kemungkinan iya kurang tidur.

Resensator: Nas



Antara Hiragana dan Aksara Jawa - Iif Nur Afifah

 


Judul: Antara Hiragana dan Aksara Jawa

Halaman: 152 halaman

Penerbit: Deepublish

Link: http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/190039/

Tertarik baca ini pas muncul di laman beranda aplikasi perpusnasku. Judulnya menarik dan gambar covernya juga menarik, dan aku kebetulan juga agak tertarik dengan hal2 terkait budaya gitu.

Ini bukunya diceritakan dari sudut pandang orang pertama, semacam buku diary juga kayak kemarin mirip2 sama storynya Frank mungkin ya. Karena seakan menceritakan dirinya sendiri.

Dikisahkan bahwa penulisnya, Bu Afifah, adalah seorang guru honorer yang mengampu mata pelajaran bahasa Inggris. Dia cintaaa banget sama bahasa Inggris, saking cintanya kadang jam mengajarnya tuh berasa kurang kalo mengajar bahasa Inggris.

Awalnya dia ngajar di SD. Ngajar SD tuh awalnya menurut dia gampang2 susah karena memahamkan bahasa baru kepada anak2 dengan berbagai tingkahnya di kelas. Tapi dia sebenernya seneng dan terhibur dengan tingkah lucu2 anak SD kadang2.

Hingga suatu hari, pindahlah dia ke SMA, tapi masih sebagai guru honorer. Dia ngajar bahasa Inggris di SMA. Awalnya dia pikir lebih mudah ngajarin orang yang sudah agak dewasa, tapi ternyata sulit juga. Kadang dinyinyirin, dicuekin, dibully. Somehow kadang2 dia kangen ngajar di SD dengan tingkah anak2 yg lucu dan polos.

Si penulis ini, bu Afifah, menjadi guru honorer berprestasi karena berhasil mencari bibit2 unggul di antara siswa2nya untuk ikut lomba debat bahasa Inggris dan bisa memenangkan juara debat bahasa Inggris. Kehadirannya di SMA sebagai guru bahasa mulai diapresiasi. Namun, bertambahlah bebannya ketika ada guru bahasa Inggris PNS baru di SMA nya. Akibatnya, karena kedatangan guru PNS, jam mengajarnya harus dikurangi karena dia harus berbagi jam pelajaran dengan guru PNS yang kebetulan juga mengampu bahasa Inggris ini.

Masalah bertambah lagi ketika ujug2 atau tiba2, dia harus mengajar bahasa jawa! Jederr! Tiba2 harus ngajar bahasa jawa walaupun dia backgroundnya bahasa Inggris. Pas ngajar bahasa Jawa ini, dia bener2 gak suka tapi tetep dia jalani. Yang biasanya ngajar bahasa Inggris dia seneeng banget kalo ada yang nanya, sekarang dia pengen ga ada yg nanya deh murid2nya. Yang biasanya jam mengajar serasa cepet dan kurang banget, sekarang kayaknya dia pengen cepet2 pulang. Yang biasanya dia jago pengayaan bahasa Inggris, sekarang harus belajar dari nol utk mengajar bahasa jawa. Modal nekad lah, akhirnya dia jalani. Kata ibunya: “jadi guru itu harus serba bisa”, yang jadi penyemangatnya, karena memang sedari dulu cita2 afifah ini memang jadi guru.

Lambat laun mempelajari bahasa jawa dia terbawa asiknya. Walaupun awalnya setengah hati. Dia akhirnya menemukan filosofi2 menarik dibalik aksara Hanacaraka, juga cerita dibalik tembang macapat, serunya bercakap2 dengan tatanan krama inggil dan cerita2 rakyat jawa. Walaupun waktu nembang jawa banyak muridnya bilang “nggak pantes Bu” karena biasanya cas cis cus bahasa Inggris tiba2 harus medhok gemulai.

Pas dia udah mulai jatuh cinta dan enjoy ngajarin bahasa Jawa, eeeeeh dilempar lagi. Usut punya usut, sekolah butuh akreditasi atau apaa gitu. Butuh pengajar bahasa Asing intinya. Singkat cerita, disuruhlah si bu Afifah ini buat ngajarin bahasa Jepang. Lah, hanacaraka dengan segala aksara kritingnya aja dia belajar lagi setengah mati, gimana ini suruh ngajarin bahasa Jepang yang dia gak ngerti sama sekali? Bahkan gak pernah dipakai sama dia di percakapan sehari2? Dengan huruf hiragana dan katakana yang dia gak pernah menyentuh blas dalam hidupnya?

Tapi dia pantang menyerah. Dia cari tau guru bahasa Jepang lain di kota itu dan belajar darinya. Kebetulan guru ini juga pernah exchange di Jepang. Akhirnya dia mulai rajin mempelajari bahasa Jepang dari buku Sakura 1,2,3 dan rajin nonton NHK world. Dia memperkenalkan bahasa Jepang dengan cara unik, seperti ngajarin kesenian origami dan kirigami. Kirigami ini seni membuat bunga dari kertas.

Singkat cerita, dia ketemu temennya yang juga punya background bahasa Jepang dan punya komunitas cosplay. Temennya itu pengen bikin festival Jepang bunkasai untuk memperkenalkan budaya Jepang. Temennya ini punya ide gimana kalo bikin festival Jepang di sekolahnya afifah. Afifah awalnya berat, tapi akhirnya menyetujui.

Akhirnya, dengan kerja keras, terciptalah pagelaran bunkasai dengan perpaduan Jawa dan Jepang. Budaya itu melebur. Ada pesta jajanan jepang, cosplay dan pagelaran drama. Pagelaran drama ini unik karena memadukan cerita kaguyahime dan timun mas. Ceritanya sedikit aku spill capturannya di bawah karena indah dan aku ga bisa ceritain ulang wkwkwk.

Dan bu afifah tetap mencintai pekerjaannya, walaupun berkali2 daftar PNS tapi gagal terus. Anyway, dia kangen ngajar bahasa Inggris lagi.

Buku ini ringan, dibaca semaleman juga selesai. Tapi sarat makna yang terkandung di dalamnya. 11/10 lah ratingku. Karena serasa baca novel, tapi ada pengetahuannya, sekalian belajar bahasa dan budaya juga.

Resensator: Fikriyatul Falashifah