Jadi aku tuh baca buku tentang The Science of Getting Rich. Singkatnya, buku ini tuh nyeritain ironi bahwa justru kecenderungan “yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin” itu memang more or less banyak benernya. Terjadi di lapangan.
Orang kaya tuh justru bukan orang yang banyak saving. Malah justru mereka yang banyak spending. Lucu ya. But that’s the fact though.
Mereka yang kaya tuh punya semacam “indera keenam” in a way of seeing things and doing things in Certain Way
Certain Way ini yang membedakan Pekerja dengan Bos.
Bos doing certain way dan banyak spending to create something dan part of something itu dikerjain oleh Pekerja. Si pekerja ngerjain hal yang sama berulang kali, dia pengen kaya dengan cara nabung dari gajinya. Took a long time though.
The science of getting rich ini ngebuka pikiran kita untuk bersikap dan berfikir seperti bos in a way to create something. Treatmentnya adalah gini: coba liat benda2 yang ada di sekitar kita, yang visible terlihat dari rumah kita. Ada halaman rumah, furnitur, alat2 elektronik dll yang mostly merupakan hasil karya orang kaya. Di dalam buat bahan misalnya: rice cooker. As a user, kita cuma mikir itu buat nanak nasi dll. Tapi as a creator, mereka berfikir beda: bahan pembuatannya, teknik manufacturingnya, distribusinya, inovasi produknya, dll.
Nah treatment ini ngajarin kita buat “lihat peluang” dari suatu benda / kondisi, kayak di buku dibilang “life is a performance of how certain things are functioning”. Intinya gt.
Relevansinya dengan isu pendidikan? Yes. Akarnya adalah kita diajarin suatu ilmu, lalu di tes. Kalo lulus dibilang pintar. Indikatornya adalah nilai tertentu. Misal coba indikatornya diganti jadi kebermanfaatan atau user experience dari ilmu kita, pasti bakal lebih challenging yet meaningful ya, hehehe,,
No comments:
Post a Comment